October 19, 2012

Versi materi oleh Eni A dan Tri H


Sistem Informasi Geografi SIG Konfensional. Saat ini kita harus mulai menyadari betapa pentingnya peta dalam kehidupan kita. Banyak hal yang bisa diselesaikan dengan mengambil sumber data pada peta. Data-data sejarah geografis pun sering dapat dilihat melalui peta. Bahkan, sengketa perebutan Pulau Sipadan- Ligitan antara Indonesia-Malaysia pun menyangkut peta dan sengketa Blok Ambalat yang sempat memanas.

Nah, dalam konteks batas dua negara, ternyata persoalannya tidak hanya menyangkut tanda batas secara fisik yang harus ada dan dipasang di lapangan. Masalah yang jauh lebih penting adalah diperlukannya upaya bagaimana merepresentasikan batas Negara tersebut di atas media informasi yang dapat berbentuk peta dalam format hardcopy atau dalam format softcopy ataupun digital yang lebih fleksibel dalam penggunaannya. Dalam proses pemetaan ini, SIG baik konvensional maupun digital sangat dibutuhkan.

Di depan, kamu telah mempelajari SIG secara modern. Dari apa yang telah kamu pelajari itu, kamu dapat menarik kesimpulan bahwa untuk mengoperasikan SIG secara modern dibutuhkan hardware dan software yang cukup mahal. Apakah ada cara lain untuk mengoperasikan SIG dengan sarana yang lebih murah? Jawabannya ada yaitu pengoperasian SIG secara konvensional.

Sebelum SIG berkembang seperti sekarang ini, SIG berawal dari sebuah gagasan menampilkan beberapa informasi di peta. Gagasan tersebut dilakukan dengan overlay dua peta, kemudian semakin banyak peta yang akan dipadukan. Dalam proses ini mulai ditemukan kesulitan apabila terlalu banyak peta yang dipadukan. Nah, pemikiran ini mendasari terkembangnya SIG modern. Software SIG yang ada sekarang juga melalui tahap perkembangan kecanggihan.

Perbedaan yang mendasar antara SIG modern atau SIG digital dengan SIG konvensional terdapat pada alat. SIG modern atau digital selalu menggunakan seperangkat alat komputer dalam analisisnya, sedangkan analisis dalam SIG konvensional dilakukan dengan cara manual, seperti proses buffering pada gambar. Tidak hanya proses buffering, semua proses dalam SIG konvensional dilakukan secara manual dan semimanual atau perpaduan antara digital dengan analisis manual. Agar lebih jelas, perhatikan gambar berikut.




1. Pemasukan Data

Masih ingatkah kamu, pekerjaan apa saja yang terdapat pada proses pemasukan data dalam SIG? Ya benar, pekerjaan-pekerjaan tersebut antara lain digitasi, editing, pembangunan topologi, transformasi proyeksi, konversi format data, pemberian atribut, dan sebagainya. Bagaimanakah SIG konvensional melakukan pekerjaan-pekerjaan dalam proses pemasukan data? Apakah sama dengan SIG digital? Jika kita menerapkan SIG yang benar-benar konvensional, semua pekerjaan tersebut kita lakukan secara manual dan hal ini merupakan bagian dari kartografi.

Proses digitasi, editing, dan sebagainya kita lakukan secara langsung dengan menggambarkannya pada sebuah media kertas. Berbeda jika kita menerapkan SIG dengan cara memadukan antara digital dan konvensional. Semua pekerjaan dalam pemasukan data sama dengan SIG modern, yaitu digitasi, editing, pembangunan topologi, dan sebagainya. Perbedaannya terletak pada proses analisisnya yang tetap saja dilakukan secara manual.

Contoh nyatanya seperti pada saat kita melakukan analisis data berupa buffering atau overlay. Jika peta-peta dasar yang telah berbentuk digital hendak kita buffer maupun overlay, kita harus mencetak peta-peta tersebut menggunakan printer. Kemudian baru kita buffer dan overlay secara manual.


2. Pengelolaan Data

Pengelolaan data dalam SIG konvensional sama dengan SIG yang lebih modern. Pekerjaan-pekerjaan dalam subsistem pengelolaan data meliputi operasi penyimpanan, pengaktifan, dan penyimpanan kembali serta pencetakan semua data yang diperoleh dari masukan data. Dalam subsistem ini yang membedakan antara SIG yang konvensional dan SIG yang lebih modern sering dibedakan dengan

perkembangan sistem komputerisasi. Karena dengan berkembangnya sistem komputerisasi, berkembang pula sistem manajemen basis data yang efisien. Berkembangnya berbagai perangkat lunak atau software dalam SIG yang mempunyai kemampuan lebih, bisa saja menjadikan SIG yang dahulu modern menjadi konvensional.

Sebagai contoh, suatu proses digitasi pada peta bentuk lahan akan menghasilkan peta digital bentuk lahan dan tabel penyerta yang berisi nomor urut satuan pemetaan yang pada data raster, diwakili dengan nilai piksel; nama satuan pemetaan; luas setiap satuan pemetaan; keliling atau parameter setiap satuan pemetaan.

Nah, pada perangkat lunak SIG yang lebih canggih proses penamaan satuan pemetaan, perhitungan luas total satuan pemetaan, dan sebagainya dapat dilakukan secara langsung serta lebih mudah. Berbeda dengan perangkat lunak yang lebih kuno, pekerjaan-pekerjaan tersebut bisa saja dilakukan, hanya saja harus menggunakan formula yang lebih rumit.


3. Manipulasi dan Analisis Data

Subsistem inilah yang membedakan SIG konvensional dengan SIG modern. Esensi dari SIG adalah analisis secara digital. Meskipun terkonsep dengan SIG konvensional, tetapi beberapa ahli kartografi menganggap bahwa SIG konvensional merupakan perkembangan dari ilmu Kartografi. Tentunya kamu telah mengetahui, pekerjaan-pekerjaan apa saja yang termasuk dalam subsistem ini.

Coba sebutkan. Tumpang susun (overlay) peta merupakan proses yang paling banyak dilakukan dalam pemanfaatan SIG. Ketika fasilitas computer dan perangkat lunak SIG belum tersedia, para surveyor pemetaan, perencanaan dan praktisi lain yang banyak memanfaatkan peta dalam pekerjaannya menghadapi kendala untuk menumpangsusunkan peta yang berjumlah lebih dari 4 lembar.

Misalkan masing-masing peta disajikan pada suatu lembar transparan seperti plastik atau kertas kalkir, maka penumpangsusunan empat peta sekaligus dengan tujuan menyajikan satuan-satuan pemetaan baru, memberikan gambaran yang rumit dan sulit untuk dirunut kembali. Inilah inti dari SIG konvensional. SIG yang lebih modern menyediakan fasilitas overlay (tumpang susun) secara cepat untuk menghasilkan satuan pemetaan baru sesuai dengan kriteria yang dibuat. Prinsip overlay dapat kamu cermati pada gambar di bawah.




Nah, gambar di samping merupakan gambaran prinsip overlay yang menghasilkan satuan pemetaan baru. Bisa kamu bayangkan apabila banyak peta di-overlay secara manual, betapa rumitnya bukan? Jika kamu melakukan overlay secara manual hanya peta baru yang akan kita hasilkan. Berbeda jika kita melakukan overlay dengan digital, selain peta kita akan memperoleh data atribut yang disajikan dalam bentuk tabel.

Hasil overlay secara manual ini kemudian didigitasi sehingga menjadi peta digital. Meskipun dalam format digital, tetapi peta tersebut tidak bisa dikatakan produk dari SIG modern karena analisisnya masih dilakukan secara manual. SIG yang benar-benar modern menyerahkan semua analisisnya terhadap komputer meskipun manusia tetap berperan sebagai brainware yang mengendalikan seluruh sistem pada seperangkat komputer.


4. Keluaran Data

Keluaran utama dalam SIG baik yang modern maupun digital adalah informasi spasial baru. Informasi ini perlu disajikan dalam bentuk cetakan (hardcopy) supaya dapat dimanfaatkan dalam kegiatan operasional. Perangkat lunak pada SIG yang lebih modern mempunyai kemampuan yang lebih canggih dan lebih mudah dipahami oleh pengguna, terutama dalam proses layout. Sedangkan SIG yang semi konvensional menyediakan fasilitas layout tetapi dengan proses yang relatif lebih rumit. Dalam SIG yang sangat konvensional, proses layout dilakukan secara manual seperti halnya kita melakukan layout biasa. Tentunya kamu bisa membayangkan bagaimana perbedaan SIG modern dan SIG konvensional dalam proses ini.

0 komentar:

Post a Comment