June 6, 2012

Versi materi oleh Triyono Suwito dan Wawan Darmawan



Goa dan Tallo (Makassar)

Di Sulawesi Selatan, pada awal abad 16 sudah berdiri kerajaankerajaan diantaranya Luwu, Goa, Wajo, Soppeng, Tallo dan Bone. Namun kerajaan yang memiliki perkembangan yang pesat adalah Goa dan Tallo, kelak kerajaan ini disebut sebagai kerajaan Makassar dengan ibukota Makassar.


Goa dan Tallo merupakan kerajaan kembar, pada tahun 1603 Goa menjadi kerajaan Islam Daeng Manrabia masuk Islam dan bergelar Alauddin, Tallo menjadi kerajaan Islam saat Kraeng Matoaya masuk Islam dan bergelar Sultan Abdullah. Wilayahnya meliputi sebagian besar Sulawesi dan bagian timur Nusa Tenggara. Alaudin sangat menentang politik dagang Belanda yang monopoli, karena kebenciannya itu dan membantu rakyat setempat menentang Belanda, berulang kali melakukan penyerbuan ke Maluku.

Setelah Alaudin meninggal, tahta diserahkan kepada Hasanuddin (1654-1660). Usaha ayahnya menentang Belanda dilanjutkannya, bahkan kegigihannya sangat merepotkan. Oleh karena itu Hasanuddin dikenal dengan “Ayam Jantan dari Timur”. Perlawanan Hasanuddin berakhir dengan perjanjian damai dan ia harus turun tahta. Ia digantikan oleh anaknya, Mapasomba. Belanda berharap Mapasomba dapat bekerja sama, namun sebaliknya, ia meneruskan perjuangan ayahnya.

Bone merupakan wilayah kekuasaan Makassar yang dipimpin oleh Aru Palakka (Arung Palakka) menawarkan kerjasama untuk membantu Belanda. Tahun 1666 Belanda berusaha mati-matian menduduki Makassar melalui pertempuran sengit di darat dan di laut. Hingga akhirnya tahun 1667, Belanda dapat menghancurkan Makassar dan memaksa dilakukan Perjanjian Bongaya, yang isinya:

(a) Pengakuan hak monopoli Belanda.
(b) Belanda dapat mendirikan benteng-benteng pertahanan di Makassar.
(c) Makassar melepaskan daerah-daerah kekuasaan.
(d) Aru Palakka diakui sebagai Raja Bone.

Rakyat Makassar marah atas keputusan Perjanjian Bongaya. Perlawanan rakyat Makassar kian berkobar dan berlangsung hampir dua tahun. Banyak pejuang Makassar pergi ke daerahdaerah lain, seperti Banten, Madura, dan sebagainya guna membantu daerah-daerah bersangkutan dalam upaya mengusir VOC. Pejuang tersebut di antaranya Karaeng Galesung, Monte Marano yang membantu perjuangan rakyat di Jawa Timur.

Sementara itu Aru Palaka semakin leluasa untuk menguasai daerah Soppeng dengan pengawasan dan pantauan dari VOC. Setelah perjuangan rakyat Makassar benar-benar padam, Makassar pun jatuh ke tangan VOC secara keseluruhan. Sebutan Makasar sebagai pusat perdagangan bebas, lenyap begitu saja.



Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Goa-Tallo (Makassar)

a. Kehidupan Sosial

Orang Makassar dikenal sebagai pelaut ulung, transportasi yang digunakan adlah perahu Pinisi. Mereka berani menyeberang lautan menuju negara-negara yang sangat jauh bahkan sampai Madagaskar dan Afrika Selatan. Masuknya agama Islam dan maraknya perdagangan di Nusantara menambah kuatnya usaha dagang yang dijalankan oleh orang Makassar. Tidaklah heran, jika saat ini orang Makassar terkenal dalam bisnis.

b. Kehidupan Ekonomi

Setelah dikuasainya Makassar oleh Belanda, banyak rakyat setempat yang melarikan diri ke Kalimantan, Sumatera dan Jawa. Mereka melakukan dagang dengan orang Makassar yang tetap tinggal. Hak monopoli dagang oleh Belanda tidak mempengaruhi sifat usaha dagang mereka yang tinggi, bahkan nilai-nilai Islam tetap dipertahankan. Berbeda dengan kerajaan Mataram yang melakukan percampuran nilai Islam dengan budaya Hindu. Hubungan dagang pun diperluas hingga Turki dan India, dan untuk mempererat diplomatik dengan Jawa, terjadi perkawinan antara raja Goa dengan putri Mataram.


0 komentar:

Post a Comment