July 22, 2013

Versi materi oleh Dibyo S


Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim di suatu daerah sangat beragam antara lain letak berdasarkan garis lintang, letak berdasarkan ketinggian tempat, suhu bulanan/tahunan, curah hujan rata-rata, jarak dihitung dengan laut/danau, dan posisi relief dan pegunungan.



1. Iklim Matahari

Iklim matahari adalah yang didasarkan pembagian letak lintang akibat dari penyinaran matahari yang diterima di bumi. Garis lintang di bumi dibagi menjadi dua bagian, yaitu 0o - 90o LU dan 0o - 90o LS. Daerah 0o lintang adalah daerah panas. Daerah makin mendekati 90o lintang suhu semakin dingin.


Dasar perhitungan mengadakan pembagian daerah iklim matahari adalah banyaknya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Pembagian daerah iklim matahari didasarkan pada letak lintang di bumi. Garis lintang di bumi dibagi menjadi dua bagian, yaitu 0o - 90o LU dan 0o - 90o LS. Daerah 0o adalah daerah panas sehingga makin mendekati daerah lintang 90o suhunya semakin dingin.

Berdasarkan garis lintang terdapat pembagian iklim matahari di bumi sebagai berikut.


Daerah subtropik, yaitu daerah yang terletak antara lintang 23 1/5 – 35 di sebelah utara, maupun sebelah selatan ekuator. Dari pembagian iklim tersebut, Indonesia termasuk iklim tropik (iklim panas). Tiap-tiap daerah iklim tropis, subtropis, sedang, dan dingin keadaan flora dan faunanya berbeda-beda.



2. Iklim Junghun

Iklim Junghun adalah iklim berdasarkan tinggi tempat dan jenis tanaman yang tumbuh baik.
Makin tinggi suatu tempat di permukaan bumi temperaturnya makin dingin dan tekanan udaranya makin kecil. Perbedaan tinggi tempat di permukaan bumi menyebabkan perbedaan jenis tumbuh-tumbuhannya. Ilmuwan asal Jerman bernama Junghun membagi empat tingkat daerah tanaman berdasarkan tinggi tempat sebagai berikut.

a. Daerah panas (tropik) : tinggi antara 0 - 650 m. Suhu 22o - 26,3oC. 
Tanaman: padi, tembakau, tebu, karet, kelapa, dan cokelat.

b. Daerah sedang: tinggi 650 - 1.500 m. Suhu 17,1o - 22oC. 
Tanaman: padi, tembakau, kopi, teh, cokelat, dan sayur-sayuran.

c. Daerah sejuk: tinggi 1.500 - 2.500 m. Suhu 11,1o - 17,1oC. 
Tanaman: kopi, teh, kina, dan sayur-sayuran.

d. Daerah dingin: tinggi 2.500 m ke atas. Suhu 6,2o - 11,1oC. 
Tanaman hanya sebangsa lumut.




3. Iklim Koppen

Iklim Koppen adalah iklim yang berdasarkan suhu bulanan, tahunan, dan curah hujan rata-rata. Penyebaran iklim secara horizontal. Batas pembagian iklim ditentukan oleh batas tumbuh-tumbuhan. Curah hujan dan penguapan sangat berpengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan vegetasi. Tingginya intensitas penguapan menyebabkan air tanah dan tanaman hilang.

Bagian dari curah hujan yang menguap tidak bermanfaat lagi bagi pertumbuhan vegetasi sehingga batas daerah iklim ditentukan oleh batas hidup tumbuh-tumbuhan adanya vegetasi lokal merupakan perwujudan keseluruhan iklim yang ada.

Untuk menentukan ciri temperatur hujan dan ciri hujan digunakan huruf-huruf besar dan huruf-huruf kecil sebagai berikut.

A : Temperatur normal dari bulan-bulan yang terdingin paling rendah 18oC. Suhu tahunan 20o - 25oC dengan curah hujan rata-rata setahun ± 60 cm.
B : Temperatur normal bulan-bulan yang terdingin di antara 18o - 33oC.
C : Temperatur bulan-bulan terdingin di bawah 3oC.
D : Temperatur bulan-bulan terpanas di atas 0oC.
E : Temperatur bulan terpanas di bawah 10oC.
F : Temperatur bulan terpanas di antara 0o - 10oC.
G : Temperatur bulan terpanas di bawah 0oC.

Ciri-ciri hujan:

B : iklim kering hujan di bawah batas kering
f : selalu basah, hujan jatuh dalam semua musim
s : bulan-bulan yang kering terjadi pada musim panas di belahan bumi tempat yang bersangkutan
w : bulan-bulan yang kering terjadi pada musim dingin di belahan bumi tempat yang bersangkutan
m : bentuk peralihan, hujan cukup untuk membentuk hutan dan musim keringnya pendek

Adapun tipe iklim Koppen adalah sebagai berikut.

a. Iklim A, yaitu iklim khatulistiwa yang terdiri atas:
1) Af : iklim hutan hujan tropis Dalam bulan yang paling kering hujannya paling sedikit 6 cm.
2) Aw : iklim sabana

b. Iklim B, yaitu iklim subtropik yang terdiri atas:
1) Bs : iklim stepa
2) Bw : iklim gurun

c. Iklim C, yaitu iklim sedang maritim yang terdiri atas:
1) Cf : iklim sedang maritim tidak dengan musim kering
2) Cw : iklim sedang maritim dengan musim dingin yang kering
3) Cs : iklim sedang maritim dengan musim panas yang kering

d. Iklim D, yaitu iklim sedang kontinental yang terdiri atas:
1) Df : iklim sedang kontinental yang selalu basah
2) Dw : iklim sedang kontinental dengan musim dingin yang kering

e. Iklim E, yaitu iklim arktis atau iklim salju yang terdiri atas:
1) ET : iklim tundra
2) EF : iklim dengan es abadi Karena iklim di pegunungan mempunyai sifat tersendiri maka Koppen masih mengadakan pembagian sebagai berikut.
- Iklim RG : iklim pegunungan di bawah 3.000 m.
- Iklim H : iklim pegunungan di atas 3.000 m.
- Iklim RT : iklim pegunungan sesuai dengan ciri-ciri iklim ET.



Untuk menentukan tipe iklim suatu daerah menurut W. Koppen Af, Aw, dan Am dapat ditetapkan sebagai berikut. Dengan menghubungkan jumlah hujan pada bulan terkering dengan jumlah hujan setahun, secara lurus pada diagram Koppen.


Contoh:
Daerah X jumlah hujan bulan terkering 2,5 cm. Jumlah hujan rata-rata satu tahun 1.250 mm. Jika dihubungkan keduanya lurus terletak pada Aw maka daerah X menurut iklim Koppen tipenya Aw.





4. Iklim Schmidt-Ferguson

Dalam pembagian iklim, Schmidt-Ferguson lebih menitikberatkan tipe curah hujan dan penggolongannya. Adapun langkah-langkah cara penentuannya sebagai berikut.

a. Untuk menentukan tipe curah hujan Schmidt dan Ferguson mendasarkan tingkat kebasahan yang disebut gradient (Q).
b. Untuk menentukan nilai Q digunakan rumus:


c. Untuk menentukan kriteria bulan kering dan bulan basah digunakan klasifikasi kriteria menurut Mohr sebagai berikut.
1) Bulan kering = bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm.
2) Bulan basah = bulan yang curah hujannya lebih dari 100 mm.
d. Berdasarkan besarnya rasio Q tipe curah hujan penggolongannya sebagai berikut.






5. Iklim Suatu Tempat Berdasarkan Pembagian Iklim Oldeman

Dalam pembagian iklim Oldeman lebih menitikberatkan pada banyaknya bulan basah dan bulan kering secara berturut-turut yang dikaitkan dengan sistem pertanian untuk daerah-daerah tertentu. Oleh karena itu, penggolongan iklimnya lebih dikenal dengan sebutan zona agroklimat. Zona agroklimat utama dibagi atas 5 subdivisi, masing-masing terdiri atas bulan kering berurutan dan bulan basah berurutan yang dihubungkan dengan masa tanam seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 1. 
Subdivisi Periode Kering, Periode Basah Berurutan, dan Masa Tanam (menurut Oldeman)



Walaupun Oldeman tidak menginformasikan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, penggolongan iklimnya lebih praktis, terapan, dan dapat memberi petunjuk untuk mencari kemungkinan-kemungkinan pemanfaatan lahan pertanian yang lebih produktif.

0 komentar:

Post a Comment